Selasa, 20 November 2012

Mencalonkan Presiden karena merasa terkenal

Sebentar lagi tahun 2014, pertanda akan habisnya masa pemerintahan presiden SBY-Budiono dan akan dimulainya pemilihan capres dan cawapres yang baru. Banyak sekali calon-calon capres dan cawapres yang bergembar gembor akan mencalonkan dirinya sebagai capres ataupun cawapres  yang salah satunya sudah tidak asing lagi, yaitu pedangdut Rhoma Irama. Seperti yang terdapat dalam berita berikut:
JAKARTA, KOMPAS.com — Raja dangdut Rhoma Irama dinilai tidak cukup matang untuk memosisikan dirinya secara lebih faktual dan kontekstual di tengah dinamika kontestasi menjelang Pemilu 2014. Salah satunya, Rhoma tidak pernah mempertimbangkan hasil survei sebagai masukan untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
"Hingga sekarang, terlalu minim data yang menunjukkan elektabilitas Rhoma. Terlebih jika harus head to head dengan kandidat lain yang sudah beredar sebelumnya," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto, di Jakarta, Selasa (13/11/2012 ).
Sebelumnya, para ulama yang tergabung dalam Wasilah Silaturahim Asatidz Tokoh dan Ulama (Wasiat Ulama) mendaulat Rhoma menjadi capres di Pemilu 2014. Pemimpin grup musik Soneta Grup itu tidak keberatan atas deklarasi dukungan itu.
Gun Gun mengatakan, setiap warga negara memang mempunyai hak untuk memilih dan juga dipilih. Namun, setiap warga yang hendak maju memperebutkan jabatan publik seperti capres atau cawapres mestinya lahir dari perhitungan yang matang dan berbasis indikator yang jelas. Menurut Gun Gun, rasa percaya diri Rhoma saat ini menghadapi wacana pencapresan kemungkinan karena merasa populer.
 "Padahal, tidak semua popularitas bisa dikonversi menjadi elektabilitas," ujar Gun Gun.
Sebelumnya, pendukung Rhoma Irama yang tergabung dalam Soneta Fans Club Indonesia (SFCI) mengajukan Rhoma Irama sebagai calon presiden pada pemilu mendatang. Figur seniman yang religius itu diyakini mampu menjadi pemimpin besar dan membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Dukungan tersebut disampaikan puluhan anggota SFCI dari berbagai daerah di Jawa Timur saat menyambut Rhoma Irama di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Kamis (1/11/2012).
Ketua SFCI Surabaya Yusuf Maulana mengatakan, Rhoma adalah figur yang memiliki komitmen kuat memberantas kemungkaran. Karena itu, dia yakin, jika Rhoma terpilih menjadi presiden nanti, pemerintahan Indonesia akan bersih dari berbagai hal berbau korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dukungan lainnya datang dari Wasiat Ulama. Keberhasilan Roma memimpin kelompok musik Soneta Grup dinilai menjadi salah satu alasan Rhoma pantas dimajukan dalam bursa capres RI.
"Rhoma Irama memiliki jiwa kepemimpinan yang tangguh, itu tecermin ketika memimpin Soneta Grup selama 40 tahun lebih dan tetap solid," ujar Fachrurozy Ishaq, Ketum DPP Wasiat Ulama, dalam deklarasi dukungan di rumahnya, Jalan Mesjid No 8, Rawabunga, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (8/11/2012).
Fachrurozy melanjutkan, alasan lain mengapa organisasi perkumpulan ulama se-Indonesia tersebut mendukung Rhoma Irama menjadi presiden adalah karena Rhoma merupakan salah satu tokoh nasional yang begitu populer di rakyat, khususnya umat Islam, baik nasional maupun internasional.
Selain itu, raja dangdut yang kini aktif menjabat sebagai Ketua Umum Fahmi Tamami (Forum Silaturahmi Ta'mir Masjid dan Mushalla Indonesia) dan Pammi (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia) tersebut merupakan salah satu ulama yang konsisten menegakkan amar makruf nahi mungkar.

Disini banyak sekali orang-orang yang berpendapat pro dan kontra tentang pencalonan Rhoma Irama sebagai capres. Dan menurut saya, sah-sah saja Beliau mencalonkan sebagai capres ataupun cawapres, karena semua orang, siapapun dan dari kalangan manapun mempunyai hak untuk mencalonkan sebagai capres ataupun cawapres. Namun latar belakang, visi dan misi mereka untuk menjadi capres ataupun cawapres juga harus jelas dan didasari oleh kemampuan yang memumpuni untuk menjadi capres maupun cawapres dan tidak hanya mengandalkan ketenaran saja, sedangkan mereka tidak mempunyai basic dan kemampuan untuk menjadi capres maupun cawapres sama sekali. Disini juga diperlukan kesadaran dari hati nurani mereka sendiri untuk meluruskan niat mereka yang mulanya hanya ingin tenar atau lebih terkenal lagi, dan mereka mencalonkan hanya bermodal atau mengandalkan popularitasnya saja. Karena disini tugas presiden itu sangatlah berat, karena presiden adalah orang atau pemimpin nomer satu di negara dan sekaligus teladan bagi seluruh rakyat-rakyatnya. Seharusnya mereka lebih sadar  dan harus siap apabila mencalonkan sebagai capres maupun cawapres akan kewajiban dan tanggung jawab yang sangat besar itu agar nantinya dapat menjadi presiden atau wakil presiden yang dapat melaksanakan tugas presiden dengan baik, melindungi dan menjadi panutan bagi seluruh rakyatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar